
- Life Cycle Management (LCM) adalah pendekatan manajemen menyeluruh yang mengelola produk, aset, data, kontrak hingga perangkat lunak, dari ide awal hingga penghentian.
- Tujuan Life Cycle Management adalah untuk memaksimalkan nilai, efisiensi, dan keberlanjutan di setiap fase siklus hidupnya, serta memastikan bisnis mendapatkan keuntungan penuh dari investasinya.
- Ada 3 fase LCM, yaitu Beginning of Life (perencanaan & penciptaan), Middle of Life (peluncuran & operasional), dan End of Life (penghentian & transisi).
- Ada berbagai jenis LCM, seperti Product Lifecycle Management (PLM), Asset Lifecycle Management (ALM), Data Lifecycle Management (DLM), Contract Lifecycle Management (CLM), dan Software Lifecycle Management (SLM).
Life Cycle Management adalah pendekatan strategis yang digunakan sebuah bisnis sepanjang seluruh masa hidupnya. Analisis life cycle management yang dilakukan memungkinkan peningkatan bisnis.
Lalu apa sebenarnya life cycle management? apa pentingnya untuk perusahaan, tahapan, jenid, dan bagaimana contoh penerapannya pada perusahaan? Temukan jawabannya pada artikel Mekari Qontak!
Apa Itu Life Cycle Management?
Life cycle management (LCM) adalah pendekatan manajemen bisnis yang strategis untuk produk berkelanjutan yang diterapkan pada sektor industri.
Adapun tujuan diterapkannya life cycle perusahaan adalah untuk meningkatkan kualitas barang serta kinerja bisnis berkelanjutan secara keseluruhan.
Sistem manajemen life cycle berkomitmen untuk mengurangi beban lingkungan dengan memaksimalkan nilai-nilai ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, target LCM bersifat jangka panjang untuk tercipta nilai yang berkelanjutan.
Keberhasilan LCM membutuhkan komitmen besar agar bisnis membuat keputusan dan tindakan yang selaras dengan tujuan LCM. Misalnya, saat membuat keputusan, Anda harus memperhitungkan manfaat lingkungan dan sosial ekonomi.
Mengapa Life Cycle Management Penting untuk Perusahaan?
Saat ini, makin banyak bisnis yang menemukan bahwa life cycle management membantu untuk mendapatkan wawasan berharga tentang kebutuhan pelanggan dan memahami faktor yang menentukan keputusan pelanggan untuk membeli produk Anda.
Hal ini membantu perusahaan menumbuhkan loyalitas pelanggan dengan mengidentifikasi peluang untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang menyenangkan.
Selain itu, manajemen siklus hidup ini juga dapat meningkatkan penjualan, cross sell, dan menjalin hubungan pelanggan yang lebih baik.
Sebagai pebisnis, tentu Anda memahami bahwa lebih mudah untuk memperluas hubungan dengan pelanggan yang sudah ada, daripada mendapatkan yang baru.
Kunci pemasaran yang sukses adalah mengambil pendekatan yang lebih proaktif dan personal untuk menjangkau pelanggan Anda.
Peran life cycle management di sini adalah untuk menganalisis berbagai sumber data yang tersimpan dalam sistem database atau aplikasi CRM.
Dari analisis tersebut, Anda bisa mengetahui kebutuhan pelanggan sebagai bahan menyusun strategi penjualan dan pemasaran yang efektif.
Baca juga: Customer Lifecycle Management: Tips dan Strategi Mengelolanya untuk Bisnis
Manfaat Lifecycle Management untuk Bisnis
Implementasi Life Cycle Management (LCM) yang efektif dapat memberikan dampak positif signifikan pada kinerja dan keberlanjutan bisnis Anda. Berikut ini beberapa manfaat LCM.
1. Optimalisasi Biaya dan Efisiensi Operasional
LCM memungkinkan perusahaan untuk memiliki pandangan yang jelas tentang seluruh siklus hidup produk. Dengan pemahaman ini, pengambilan keputusan menjadi lebih akurat karena berbasis data.
Sebagai contoh, perencanaan yang matang di fase Beginning of Life dapat mencegah rework mahal di fase Middle of Life.
Efisiensi operasional meningkat karena sumber daya dialokasikan secara lebih tepat, dan potensi masalah dapat diidentifikasi serta diatasi lebih awal, sebelum menghabiskan banyak biaya.
2. Peningkatan Kualitas dan Kepuasan Pelanggan
LCM memastikan bahwa kualitas produk atau layanan dijaga dan ditingkatkan secara berkelanjutan. Contohnya, pada fase Beginning of Life, desain yang kuat dan pengujian menyeluruh meminimalkan defect.
Selanjutnya, di fase Middle of Life, feedback pelanggan yang dikumpulkan dapat langsung diintegrasikan untuk iterasi dan peningkatan.
Hasilnya dari setiap upaya di tahapan tersebut adalah produk lebih andal, fungsional, dan relevan dengan kebutuhan pelanggan guna meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Baca juga: Software Customer Feedback Terbaik di Indonesia untuk Bisnis
3. Pengelolaan Risiko yang Lebih Baik
Setiap fase dalam siklus hidup produk memiliki risiko inherennya sendiri, mulai dari risiko kegagalan desain hingga risiko keamanan data di fase operasional.
Namun, Anda tidak perlu khawatir karena LCM menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi, menilai, dan memitigasi risiko-risiko ini secara proaktif.
Contohnya, integrasi keamanan sejak awal (dalam Beginning of Life) mengurangi risiko. Dengan strategi End of Life, dampak negatif pada pelanggan saat produk dihentikan dapat diminimalkan dan menjaga reputasi bisnis.
Baca juga: Cara Memperbaiki Reputasi Buruk Brand
4. Inovasi dan Adaptasi Pasar yang Lebih Cepat
Proses LCM yang terstruktur mendorong inovasi berkelanjutan. Biasanya, tahap ini dilakukan dengan cara memantau kinerja produk dan mengumpulkan feedback pasar selama fase Middle of Life.
Dengan adanya hal ini, perusahaan dapat dengan cepat mengidentifikasi peluang untuk pembaruan, pengembangan fitur baru, atau penciptaan produk pengganti. Ini memungkinkan bisnis untuk tetap relevan dan kompetitif.
5. Kepatuhan Regulasi dan Tata Kelola yang Kuat
Banyak industri memiliki regulasi ketat terkait pengembangan, pengoperasian, dan penghentian produk. LCM hadir untuk memastikan seluruh proses mematuhi standar dan regulasi yang berlaku.
Mulai dari persyaratan desain hingga pengelolaan data pelanggan dan proses pensiun produk, LCM mempromosikan tata kelola yang kuat dan akuntabilitas di setiap tahapan.
Selain menghindari denda dan sanksi, ini juga membangun kepercayaan dengan pemangku kepentingan dan otoritas regulasi.
Baca juga: Customer Trust: Pengertian dan cara Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan
Tahapan Life Cycle Management
Secara umum, LCM terbagi menjadi tiga fase utama yang saling berkesinambungan.
1. Tahap Beginning of Life
Fase Beginning of Life (BoL) adalah fondasi dari seluruh siklus hidup. Ini adalah tahap ide-ide diwujudkan menjadi desain konkret yang dikembangkan menjadi produk atau layanan yang siap diluncurkan.
- Pertama-tama, Anda dapat memulai dengan desain dan persyaratan. Ini adalah tahap identifikasi kebutuhan pasar atau masalah yang ingin diselesaikan. Ini termasuk riset mendalam, perumusan spesifikasi fungsional dan non-fungsional, serta pembuatan bill of materials (BoM) jika itu adalah produk fisik.
- Setelah desain dan persyaratan ditetapkan, tim mulai membangun produk. Ini bisa berupa coding aplikasi, manufaktur perangkat keras, atau pengembangan layanan.
- Langkah selanjutnya adalah keamanan dan kontrol. Sejak tahap desain, keamanan harus diintegrasikan. Bukan hanya itu saja, Anda juga perlu mengontrol kualitas dan kepatuhan terhadap regulasi.
2. Tahap Middle of Life
Fase Middle of Life adalah ketika produk berinteraksi langsung dengan pasar dan penggunanya. Ini adalah tahap yang berfokus pada distribusi, penggunaan, dan pemeliharaan berkelanjutan.
- Setelah produk selesai dikembangkan, ini adalah saatnya untuk memperkenalkannya kepada target audiens. Ini melibatkan strategi pemasaran, penetapan harga, kanal distribusi, dan kegiatan promosi. Tujuannya adalah memastikan produk mencapai tangan pengguna akhir dan mulai menghasilkan nilai.
- Setelah diluncurkan, produk memerlukan dukungan dan pemeliharaan berkelanjutan. Ini mencakup pemantauan kinerja, perbaikan bug, pembaruan fitur, dan penanganan keluhan pelanggan.
- Sama seperti BoL, keamanan tetap menjadi perhatian utama di fase MoL. Kerentanan yang muncul di fase ini dapat menyebabkan pelanggaran data, kehilangan kepercayaan pelanggan, dan kerugian finansial yang signifikan. Dengan demikian, perlindungan terhadap kebocoran IP dan ancaman siber lainnya menjadi sangat penting.
3. Tahap End of Life
Fase End of Life menandai akhir dari dukungan aktif atau ketersediaan produk di pasar. Ini adalah tahap yang perlu dikelola dengan cermat untuk meminimalkan dampak negatif pada pelanggan dan bisnis.
- Pensiun Produk (Product Retirement) adalah aktivitas utama di fase EoL. Sebuah produk mungkin dihentikan karena berbagai alasan: munculnya teknologi baru, produk pengganti yang lebih baik, perubahan kebutuhan pasar.
- Manajemen Risiko (Risk Management) membawa risiko yang signifikasi. Pelanggan mungkin merasa ditinggalkan tanpa dukungan. Oleh karena itu, penting untuk memiliki strategi yang jelas untuk membantu pelanggan beralih ke solusi alternatif, baik itu produk baru dari perusahaan Anda sendiri atau rekomendasi dari pihak lain.
Jenis-Jenis Life Cycle Management
1. Product Lifecycle Management (LCM)
Product Lifecycle Management (PLM) fokus pada pengelolaan seluruh perjalanan suatu produk, mulai dari tahap ide awal hingga penarikan atau pembuangan dari pasar.
Tujuan utama PLM adalah untuk mengintegrasikan data, proses, dan sistem dalam seluruh rantai nilai produk. Ini memungkinkan kolaborasi yang efisien, mengurangi waktu time-to-market, dan meningkatkan kualitas dan inovasi produk.
LCM mencakup setiap langkah penting, yaitu:
- Desain
- Pengembangan
- Manufaktur
- Pemasaran
- Penjualan
- Layanan purna jual
- Penghentian porduk
2. Asset Lifecycle Management (ALM)
Asset Lifecycle Management (ALM) adalah pendekatan yang didedikasikan untuk mengelola aset organisasi, baik fisik maupun non-fisik, sepanjang masa pakainya.
Proses ALM dimulai dari perolehan aset, kemudian berlanjut ke penggunaan, pemeliharaan, perbaikan, peningkatan, hingga akhirnya penggantian atau pembuangan aset.
Adapun manfaat utama ALM adalah memaksimalkan nilai dari setiap aset, memperpanjang umur pakainya, meminimalkan biaya operasional, dan memastikan kinerja aset selalu optimal.
3. Data Lifecycle Management (DLM)
hingga penghapusan permanen. DLM menjadi sangat penting untuk memastikan ketersediaan data yang relevan.
Bukan hanya itu saja, DLM juga bisa melindungi data dari ancaman keamanan, dan memastikan kepatuhan terhadap berbagai regulasi privasi data.
Siklus hidup data ini mencakup berbagai tahapan krusial, seperti penyimpanan, akses, penggunaan, keamanan, pemeliharaan, backup, retensi, dan pengarsipan.
4. Contract Lifecycle Management (CLM)
Contract Lifecycle Management (CLM) adalah proses mengelola kontrak dari awal hingga akhir masa berlakunya. CLM mendukung hubungan yang lebih kuat dengan pemasok, pelanggan, dan mitra bisnis.
Tujuan CLM adalah untuk meningkatkan efisiensi proses kontrak, memitigasi risiko hukum, dan memastikan semua pihak mematuhi ketentuan yang telah disepakati.
Berikut ini tahapan CLM:
- Pembuatan kontrak
- Negosiasi
- Persetujuan
- Pelaksanaan
- Pengelolaan hak dan kewajiban
- Pembaruan
- Pengarsipan atau penghentian kontrak
Baca juga: Software Manajemen Deals Terbaik untuk Meningkatkan Konversi Penjualan
5. Software Lifecycle Management (SLM)
Software Lifecycle Management (SLM) atau yang sering juga dikenal sebagai Software Development Lifecycle (SDLC) adalah pendekatan terstruktur untuk mengelola seluruh siklus hidup suatu perangkat lunak.
Berikut ini adalah tahapan SLM:
- Perencanaan dan analisis kebutuhan
- Desain
- Pengembangan
- Pengujian
- Penerapan (deployment)
- Pemeliharaan berkelanjutan
- Penarikan atau decommissioning perangkat lunak
Adapun tujuan SLM adalah untuk menghasilkan perangkat lunak berkualitas tinggi secara efisien, yang mampu memenuhi kebutuhan pengguna secara akurat, serta mudah dikelola dan diperbarui seiring waktu.
Bagaimana Sistem Life Cycle Management Pada Perusahaan?
Life cycle management menggabungkan konsep bisnis dengan tools dan sebuah software yang dirancang khusus untuk pengambil keputusan perusahaan.
Tujuannya adalah untuk membantu perusahaan mengelola permintaan dan harapan pelanggan khususnya terhadap dampak lingkungan, sosial dan ekonomi.
Life cycle management membantu memperoleh pemahaman tentang pemilihan, adopsi, dan penggunaan data yang tepat untuk strategi bisnis berkelanjutan.
Berikut beberapa sistem life cycle management pada perusahaan.
1. Manajemen Konten
Aplikasi LCM menyederhanakan urusan administrasi termasuk berhubungan rantai pasok. Hal ini mampu menghemat waktu, Anda juga tidak memerlukan banyak kertas untuk urusan administrasi
2. Manajemen Penyediaan
Proses mendefinisikan dan mengendalikan bagaimana sistem stock barang disediakan dan disebarkan
3. Manajemen Aset
Cara untuk mengidentifikasi berapa banyak aset yang telah Anda terapkan dan karakteristiknya. Ini sering dapat dikaitkan dengan sistem pencatatan aset Anda
4. Penilaian Konfigurasi
Proses pemindaian sistem untuk memahami konfigurasi saat ini dan mengidentifikasi konfigurasi yang memerlukan tindakan.
5. Analisis Drift
Penggunaan penilaian konfigurasi untuk membandingkan sistem dengan konfigurasi dasar, konfigurasi sebelumnya, dan sistem lain untuk menemukan persamaan dan perbedaan
6. Manajemen Konfigurasi
Manajemen konfigurasi adalah mendefinisikan status sistem yang diinginkan, kemudian membangun dan memelihara sistem yang sesuai.
Hal ini terkait erat dengan penilaian konfigurasi dan analisis penyimpangan serta memanfaatkan keduanya untuk mengidentifikasi sistem yang memerlukan pembaruan, konfigurasi ulang, atau patch.
Baca juga: Project Management Tools Terbaik untuk Meningkatkan Produktivitas
Bagaimana Contoh Implementasi Life Cycle Management Pada Perusahaan?
Berikut contoh penerapan life cycle management pada perusahaan:
1. Produksi dan Distribusi
Life cycle perusahaan dapat diterapkan untuk menilai dampak lingkungan dan sosial selama proses produksi produksi.
LCM membantu mengidentifikasi permasalahan bisnis Anda selama ini seperti konsumsi energi yang tinggi untuk transportasi bahan mentah, proses produk antara dan distribusi produk jadi.
Hasil analisis LCM dapat ditemukan solusi alternatif untuk mengurangi konsumsi sumber daya tersebut. Misalnya menghasilkan ide baru untuk peningkatan produk dan proses yang ramah lingkungan.
2. Product Development and Design
Dengan implementasi life cycle perusahaan, pengembangan atas desain produk yang Anda buat bisa mempertimbangkan faktor lingkungan dan sosial lebih tinggi. Cara yang bisa dilakukan seperti berikut:
- Mengembangkan produk baru yang mempertimbangkan sosial, etika dan lingkungan. Misalnya koleksi pakaian baru berdasarkan kapas organik dan perdagangan yang adil.s
- Menjadikan produk yang ada lebih berkelanjutan, misalnya dengan mengganti bahan yang berbahaya bagi lingkungan dengan bahan yang kurang berbahaya.
- Pergeseran dari produksi produk ke penyediaan layanan. Misalnya penjualan mesin penjawab beralih ke layanan penjawab elektronik yang diberikan melalui telepon oleh perusahaan.
- Menilai aspek lingkungan dan sosial ekonomi suatu produk dari dua sudut yang berbeda berdasarkan definisi sistem produk.
- Perspektif siklus hidup produk dengan penilaian dampak lingkungan dan sosial ekonomi dari sistem produk dengan alat seperti Life Cycle Assessment (LCA) atau Life Cycle Costing (LCC).
3. Ekonomi dan Keuangan
Bidang finance pada perusahaan bertanggung jawab mengelola semua keuangan bisnis. Penerapan life cycle perusahaan juga berpengaruh pada departemen ini, contohnya:
- Memberikan kinerja keuangan yang baik agar perusahaan dapat melihat dampaknya dalam mendorong perusahaan menuju keberlanjutan dan LCSM ( Life Cycle Sustainability Management)
- Menilai siklus hidup menghindari biaya karena pelaksanaan proyek LCSM, misalnya, dengan melacak pengurangan biaya tahunan dan penghematan komutatif dari tahun-tahun sebelumnya
4. Purchase
LCM memainkan peran penting dalam memilih bahan baku, setengah produk, dan produk yang optimal untuk produksi.
Adapun pemilihan bahan dipermudah dengan integrasi LCM dengan software yang mengelola harga, kualitas, dan fungsionalitas produk bisnis miliki.
LCM secara aktif mendorong pertimbangan lingkungan di kalangan pemasok dengan meminta informasi terperinci mengenai inisiatif, kebijakan lingkungan dan sosial mereka.
Ini termasuk meninjau dokumentasi dampak dari tahapan siklus hidup sebelumnya, kondisi kerja di seluruh rantai pasok (termasuk sub-pemasok), serta data spesifik terkait bahan mentah dan sekunder.
5. Sales dan Marketing
Life Cycle Management (LCM) di bidang penjualan dan pemasaran berperan krusial dalam memastikan arus informasi yang baik ke dan dari pelanggan. Ini mencakup pemahaman mendalam tentang perilaku dan preferensi konsumen.
Dengan data yang komprehensif ini, tim sales dan marketing dapat merancang strategi untuk menarik pelanggan baru, serta membangun hubungan jangka panjang dan meningkatkan nilai seumur hidup pelanggan (CLV).
Berikut adalah beberapa contoh implementasi spesifik:
- Segmentasi pelanggan berbasis tahapan siklus hidup
- Otomatisasi pemasaran
- Strategi re-engagement dan retensi
- Pemanfaatan feedback untuk meningkatkan produk dan pemasaran
- Promosi produk berkelanjutan (green marketing)
Baca juga: Mengenal Apa Itu Sales Cycle dan Tahapannya
Implementasikan Life Cycle Management Terbaik Sekarang!
Dengan demikian, life cycle management dapat digunakan bisnis sebagai pendekatan strategis untuk mengoptimalkan biaya, meningkatkan kualitas, mitigasi risiko, dan mendorong inovasi berkelanjutan dan kepatuhan regulasi.
Apabila Anda sedang mencari alat untuk mengelola hubungan dengan pelanggan sepanjang siklus hidup, pertimbangkan untuk menggunakan Qontak Sales Suite dari Mekari Qontak.
Qontak Sales Suite memungkinkan Anda mengintegrasikan chatpanel ke aplikasi CRM dari Mekari Qontak sekaligus aplikasi Omnichannel yang mengintegrasi seluruh chat pelanggan dari WhatsApp, Instagram, dan e-commerce ke satu dasbor.
Jadi, jangan menunda lagi. Hubungi kami atau coba demo gratis Mekari Qontak sekarang!