
- Social Commerce adalah konsep perdagangan yang mengintegrasikan seluruh proses transaksi jual beli langsung melalui media sosial (seperti Instagram, Facebook, dan TikTok).
- Manfaat Social Commerce diantaranya pengalaman belanja yang lebih personal dan interaktif, proses transaksi yang sangat praktis, serta kemampuan untuk menjangkau target audiens yang luas dan spesifik.
- Social Commerce terbagi dalam beberapa jenis yakni Live Shopping, Conversational Commerce, Influencer-Driven Sales, dan Peer-to-Peer Sales.
- Social Commerce bekerja melalui integrasi platform dan pemasaran berbasis konten yang didorong algoritma, yang didukung interaksi dan keterlibatan yang tinggi sebelum in-app checkout.
Saat ini konsumen lebih memilih belanja online melalui platform media sosial seperti Instagram, Facebook dan TikTok, dimana hal ini seringkali disebut dengan istilah social commerce.
Adanya fenomena tersebut salah satunya dilatarbelakangi oleh kecenderungan konsumen yang lebih leluasa melihat berbagai testimoni konsumen lain yang sudah menggunakan produk melalui media sosial.
Ulasan Mekari Qontak blog di bawah ini akan membantu Anda untuk memahami lebih lanjut terkait jenis, perbedaannya dengan e-commerce, dan contoh social commerce yang dapat menjadi media pemasaran baru.

Apa itu Social Commerce?
Social commerce adalah konsep perdagangan yang mengintegrasikan seluruh proses transaksi jual beli melalui platform media sosial, mulai dari penemuan produk, interaksi sosial, hingga penyelesaian pembayaran.
Penggunaan social commerce menjadi populer di Indonesia sejak pandemi Covid-19. Hal ini diungkapkan oleh Co-Founder dan CEO Populix, Timothy Astandu yang mengungkapkan bahwa banyak berbagai platform jual beli berbasis interaksi sosial sebagai media berbelanja.
“Sebagian besar masyarakat Indonesia mengetahui dan pernah mencoba berbelanja melalui social commerce, untuk transaksi sehari-hari seperti membeli pakaian dan produk kecantikan.” ujar Timothy Astandu
Baca juga: Prediksi Tren Perilaku Konsumen E-Commerce di Tahun 2025, Bisnis Wajib Tahu!
Manfaat Social Commerce bagi Bisnis
Kehadiran social commerce memberikan sejumlah manfaat signifikan, baik dari sisi pemasaran maupun operasional penjualan, sebagai berikut.
- Pengalaman belanja lebih personal dan interaktif: Konsumen dapat berinteraksi langsung dengan penjual layaknya di toko offline sehingga menciptakan customer trust yang lebih tinggi.
- Proses transaksi praktis: Konsumen dapat menyelesaikan seluruh proses dari penemuan hingga pembayaran di satu platform dan menghilangkan hambatan yang sering muncul saat harus berpindah website.
- Jangkauan target audiens yang luas: Media sosial memiliki jutaan pengguna aktif dan bisnis dapat memanfaatkan alat targeting canggih dari platform untuk menyesuaikan iklan dan promosi.
- Mengumpulkan feedback dan data pelanggan: Setiap interaksi (komentar, DM, atau pembelian) adalah data berharga karena bisnis mendapatkan wawasan langsung tentang apa yang disukai dan tidak disukai pelanggan.
Baca juga: Rekomendasi Software Customer Feedback Terbaik di Indonesia untuk Bisnis
Jenis-Jenis Social Commerce
Social commerce dapat dibagi menjadi beberapa kategori utama berdasarkan bagaimana interaksi sosial memicu atau memfasilitasi transaksi, sebagai berikut.
1. Peer-to-Peer Sales
Jenis social commerce ini melibatkan transaksi antara individu yang menjual produk bekas atau baru kepada individu lain secara langsung.
Transaksi P2P seringkali difasilitasi melalui fitur marketplace yang tersedia di platform media sosial, seperti Facebook Marketplace.
Pendekatan ini sangat berfokus pada aspek kemudahan dan lokasi geografis pembeli dan penjual, serta sering kali memanfaatkan jejaring sosial yang sudah ada.
2. Influencer-Driven Sales
Kategori ini memanfaatkan kekuatan tokoh yang memiliki pengaruh besar (influencer atau KOL) untuk mempromosikan produk.
Promosi dilakukan melalui berbagai bentuk konten seperti video, ulasan, atau siaran live stream yang menarik dan meyakinkan.
Keputusan pembelian oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan rekomendasi yang diberikan oleh influencer kepada para pengikutnya.
Baca juga: Influencer Marketing: Definisi, Manfaat, Tips, dan Contohnya
3. Group Buying atau Social Shopping
Jenis ini mendorong konsumen untuk melakukan pembelian secara kolektif guna mendapatkan harga diskon atau penawaran yang jauh lebih menguntungkan.
Model ini populer melalui layanan yang menetapkan target minimum pembeli agar diskon tertentu dapat diaktifkan, sehingga interaksi sosial berfungsi sebagai alat untuk memobilisasi dan mencapai kuantitas pembelian yang dibutuhkan.
4. Live Shopping
Live Shopping adalah penjualan yang dilakukan secara real-time melalui siaran video langsung, menggabungkan belanja dengan hiburan.
Selama sesi live stream, penjual aktif mendemonstrasikan produk dan berinteraksi langsung dengan audiens melalui kolom komentar.
Pembeli dapat menyelesaikan transaksi secara instan saat sesi berlangsung, menjadikan TikTok Shop sebagai salah satu pelopor utama pendekatan ini.
5. Conversational Commerce
Kategori ini melibatkan seluruh interaksi bisnis dan pelanggan secara end-to-end melalui aplikasi chat, seperti yang didukung oleh WhatsApp Business API.
Penjualan dijalankan dengan pendekatan yang sangat personal, di mana admin melayani konsultasi, mengirim katalog, dan memproses pesanan melalui percakapan.
Model ini mengedepankan efisiensi layanan pelanggan dan memastikan seluruh proses pembelian diselesaikan dengan nyaman dalam satu thread obrolan.
Baca juga: Cara Efektif Jualan di Instagram Shop, Pasti Untung
Cara Kerja Social Commerce
Social commerce menjadi evolusi dari belanja online yang mengintegrasikan pengalaman berbelanja secara langsung ke dalam platform media sosial. Berikut cara kerjanya, antara lain:
1. Integrasi Platform dan Akun Bisnis
Penjual menciptakan dan mengoptimalkan akun bisnis mereka di platform media sosial yang memiliki fitur belanja seperti Instagram Shopping atau TikTok Shop.
Akun ini kemudian diintegrasikan langsung dengan katalog produk online penjual serta sistem pembayaran yang tersedia.
2. Pemasaran Berbasis Konten (Discovery)
Produk seringkali ditemukan secara spontan melalui konten visual yang menarik seperti video pendek, foto, atau siaran langsung (live shopping).
Algoritma platform berperan penting dalam mendorong produk ke feed pengguna yang relevan, berbeda dengan e-commerce tradisional yang mengandalkan pencarian terencana.
3. Interaksi dan Keterlibatan
Interaksi sosial menjadi inti dari proses ini, dimana calon pembeli dapat mengajukan pertanyaan dan mendapatkan respons real-time melalui kolom komentar atau live chat.
Pembeli juga didorong oleh ulasan, testimoni, dan rekomendasi dari creator atau sesama pengguna, membangun kepercayaan yang menyerupai belanja tatap muka.
4. Transaksi Langsung (In-App Checkout)
Ketika minat muncul, proses pembelian dibuat sangat mudah dan cepat dengan adanya penandaan produk (product tagging) langsung pada konten.
Pembeli dapat memilih produk, memasukkan detail pengiriman, dan menyelesaikan seluruh transaksi check-out di dalam aplikasi media sosial tersebut, menghilangkan kebutuhan untuk beralih ke situs web eksternal.
Baca juga: Engagement Media Sosial: Cara Mengukur dan Meningkatkannya
Perbedaan Social Commerce dengan E-Commerce dan Shopertainment
Selain social commerce, ada beberapa alternatif yang bisa bisnis gunakan untuk berjualan atau memasarkan produk mereka. Alternatif yang sedang populer adalah e-commerce dan shoppertaiment.
Ketiganya memiliki tujuan, fokus, strategi pemasaran, dan beberapa aspek lainnya yang berbeda satu sama lain seperti yang dapat terlihat dalam tabel di bawah ini.

Baca juga: Shoppertainment: Pengertian, Manfaat, Cara Kerja, dan Contohnya
Contoh Social Commerce di Indonesia

Social commerce semakin marak di Indonesia dan dilakukan melalui berbagai platform yang telah mengintegrasikan fitur belanja langsung. Berikut adalah jenis-jenis social commerce berdasarkan platform media sosial.
1. TikTok Shop
Platform TikTok tidak hanya menyediakan hiburan namun juga mendominasi pasar social commerce di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari survei Databoks di atas, dimana sebanyak 46% memilih TikTok sebagai media belanja favorit.
Keunggulannya terletak pada fitur Live Shopping dan “Keranjang Kuning” yang memungkinkan transaksi impulsif saat menonton video pendek atau siaran langsung.
2. WhatsApp Business API
Meskipun merupakan aplikasi chat, WhatsApp menempati posisi kedua sebagai saluran social commerce yang paling banyak digunakan.
Platform ini mendukung model conversational commerce, dimana seluruh proses transaksi ditangani secara personal melalui chat.
Bisnis dapat memajang katalog produk mereka dan memproses pesanan serta pembayaran dengan cepat melalui interaksi end-to-end yang terasa lebih personal.
3. Facebook Shop
Facebook menyediakan platform yang memfasilitasi aktivitas pembelian dan penjualan di dalam ekosistem komunitasnya.
Melalui Facebook Shop, bisnis dapat menampilkan produk mereka secara terorganisir kepada audiens yang luas, sementara marketplace lebih berfokus pada transaksi antar individu.
4. Instagram Shopping
Instagram memanfaatkan fokus visualnya dengan menyediakan fitur penandaan produk (Product Tags) pada konten seperti foto dan reels.
Fitur ini mempermudah pengguna untuk melihat detail produk dan mengarahkan mereka ke halaman checkout, baik di dalam aplikasi maupun ke website eksternal.
Baca juga: Cara Efektif Jualan di Instagram Shop, Pasti Untung
Optimalkan Penjualan dalam Social Commerce dengan Solusi Mekari Qontak!
Untuk mengatasi tantangan operasional di atas dan memaksimalkan potensi penjualan dari social commerce, bisnis membutuhkan platform manajemen pelanggan yang terpusat.
Mekari Qontak menghadirkan solusi CRM omnichannel terintegrasi yang dirancang untuk memaksimalkan potensi penjualan Anda di berbagai platform dengan memanfaatkan fitur open API yang dapat menghubungkan seluruh interaksi pelanggan dalam satu dasbor.
Untuk menjamin layanan pelanggan yang cepat dan efisien, chatbot AI Mekari Qontak siap merespons pertanyaan umum pelanggan secara instan selama 24/7 dan memungkinkan Anda mengatur respons otomatis serta follow-up dengan secara mulus.
Solusi Mekari Qontak juga telah dipercaya oleh lebih dari 3500+ perusahaan terkemuka di Indonesia dan telah tersertifikasi oleh ISO 27001 yang menjamin keamanan data pelanggan.
Temukan berbagai fitur canggih lainnya dengan uji coba gratis solusi CRM Omnichannel Mekari Qontak atau konsultasikan strategi bisnis Anda dengan tim ahlinya tanpa dipungut biaya sekarang!

Pertanyaan yang Sering Diajukan Tentang Social Commerce (FAQ)
Apa tantangan dalam implementasi social commerce?
Apa tantangan dalam implementasi social commerce?
Implementasi Social Commerce menghadirkan tantangan utama dalam mengelola volume percakapan yang tinggi dari berbagai saluran, yang berisiko menyebabkan lead terabaikan dan hilangnya penjualan. Tantangan signifikan lainnya adalah mengelola stok dan koordinasi tim admin, yang harus bekerja sama untuk mencegah overselling karena penjualan terjadi secara simultan di platform yang berbeda. Selain itu, bisnis kesulitan mengelola dan memusatkan data pelanggan karena informasi tersebut tersebar di berbagai kotak masuk chat, mempersulit follow-up dan marketing yang efektif.
Bagaimana bisnis dapat mengukur Return on Investment (ROI) dari upaya Social Commerce mereka?
Bagaimana bisnis dapat mengukur Return on Investment (ROI) dari upaya Social Commerce mereka?
Mengukur Return on Investment (ROI) dari Social Commerce mengharuskan bisnis untuk membandingkan total pendapatan yang dihasilkan langsung dari platform sosial dengan seluruh biaya investasi yang dikeluarkan, termasuk biaya iklan, software CRM, dan biaya tim. Metrik paling penting yang harus dilacak adalah Tingkat Konversi dari kunjungan sosial ke pembelian dan Biaya Akuisisi Pelanggan (CAC), yang harus selalu lebih rendah daripada Lifetime Value pelanggan. Dengan memantau metrik ini, bisnis dapat memastikan bahwa upaya Social Commerce mereka benar-benar memberikan profitabilitas yang positif dan berkelanjutan.
Apa perbedaan mendasar antara social commerce dengan e-commerce?
Apa perbedaan mendasar antara social commerce dengan e-commerce?
Perbedaan mendasar antara Social Commerce dan E-commerce terletak pada platform yang digunakan dan cara pembelian dipicu. E-commerce mengandalkan website atau aplikasi khusus, mendorong pembelian rasional berdasarkan harga dan deskripsi, serta berfokus pada efisiensi katalog dan transaksi multi-langkah. Sebaliknya, Social Commerce memanfaatkan platform media sosial atau chat untuk memicu pembelian yang lebih impulsif melalui interaksi, rekomendasi influencer, dan konten visual, di mana seluruh proses transaksi terjadi secara seamless di dalam aplikasi sosial tersebut.