
E-Commerce Indonesia tumbuh pesat dengan proyeksi kenaikan 30,5% pada 2024 atau hampir tiga kali rata-rata global. Kenaikan ini bakal berlanjut, nilai GMV diperkirakan mencapai USD 110 miliar pada 2025, didukung belanja online, inovasi, dan adopsi pembayaran digital.
Tingginya pertumbuhan tersebut, secara tidak langsung mempengaruhi pola perilaku konsumen yang memiliki ekspektasi semakin tinggi. Hal ini akan sulit untuk diimbangi oleh pelaku bisnis apabila bisnis imbangi jika tidak mengikuti tren perubahan perilaku E-Commerce.
Artikel berikut akan mengulas dampak yang ditimbulkan dari pertumbuhan E-Commerce serta tren perubahan perilaku konsumen pada tahun 2025. Baca selengkapnya di bawah ini.
Dampak Pertumbuhan E-Commerce di 2025
Pertumbuhan E-Commerce di Indonesia memberikan dampak besar. Untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan efek negatifnya, diperlukan kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan infrastruktur digital, perlindungan konsumen, dan keberlanjutan lingkungan.
Bisnis juga perlu berinovasi dan beradaptasi untuk tetap kompetitif di era digital. Berikut adalah uraian dari dampai positif dan negatif dari tingginya pertumbuhan E-Commerce di Indonesia:
Dampak Positif
1. Pertumbuhan Ekonomi dan UMKM
E-Commerce menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Banyak UMKM yang mendapatkan akses pasar yang lebih luas, memungkinkan mereka untuk menjual produk secara nasional dan internasional
2. Penciptaan Lapangan Kerja
E-Commerce menciptakan peluang kerja baru, termasuk dalam logistik, teknologi, pemasaran digital, dan layanan pelanggan. Hal ini membantu mengurangi pengangguran di beberapa daerah
3. Kemudahan dan Inovasi Layanan
Konsumen mendapatkan akses mudah ke berbagai produk dan layanan. Fitur seperti personalisasi, pengiriman cepat, dan pembayaran digital meningkatkan pengalaman belanja
4. Mendorong Inovasi Teknologi
Kompetisi dalam E-Commerce mendorong perusahaan untuk mengembangkan teknologi baru seperti kecerdasan buatan, blockchain, dan augmented reality.
Dampak Negatif
1. Persaingan Tidak Sehat bagi Bisnis Lokal
Bisnis kecil yang tidak mampu beradaptasi dengan E-Commerce seringkali kalah bersaing dengan pemain besar, baik lokal maupun asing. Diskon besar-besaran yang ditawarkan platform besar dapat menekan margin keuntungan bisnis kecil.
2. Masalah Logistik dan Infrastruktur
Peningkatan volume pengiriman menyebabkan tekanan pada infrastruktur logistik, termasuk kemacetan, peningkatan biaya transportasi, dan beban tambahan pada layanan pengiriman.
3. Dampak Lingkungan
Pertumbuhan E-Commerce meningkatkan penggunaan bahan pengemasan (plastik dan kardus) dan emisi karbon dari pengiriman, yang berkontribusi pada masalah lingkungan
4. Risiko Keamanan dan Penipuan
Dengan meningkatnya transaksi digital, risiko penipuan online dan pelanggaran data juga meningkat, yang dapat merugikan konsumen dan bisnis.
Proyeksi Tren Perilaku Konsumen E-Commerce di 2025
Tren berbelanja di E-Commerce pada tahun 2024 akan mencerminkan perubahan gaya hidup digital konsumen, didukung oleh inovasi teknologi dan perubahan perilaku.
Berikut adalah beberapa tren utama yang diantisipasi
1. Pengalaman Berbelanja yang Dipersonalisasi
Konsumen mengharapkan pengalaman yang dipersonalisasi di aplikasi, situs web, atau toko. Menurut Shopify, personalisasi bisa meningkatkan konversi hingga 15% dan kepuasan pelanggan hingga 20%.
Pengalaman berbelanja yang dipersonalisasi adalah cara di mana pengecer menggunakan data konsumen untuk menawarkan produk, layanan, dan interaksi yang relevan dan sesuai dengan preferensi individual.
Hal tersebut meningkatkan relevansi, kenyamanan, dan keterlibatan pelanggan dengan menggunakan teknologi untuk memberikan pengalaman yang lebih pribadi dan memuaskan.
Sebagai contoh, bisnis kecantikan menggunakan teknologi AI untuk mempersonalisasi pengalaman pelanggan.
Hal ini membuahkan hasil dimana sebagian besar konsumen lebih memilih AI online untuk mencocokkan foundation (43%) dan lebih mungkin membeli produk kecantikan dengan teknologi (62%).
Baca juga: Kenali Perilaku Konsumen, Faktor, Jenis, Manfaat dan Contohnya
2. Menyediakan Pilihan Pembayaran Digital
Seiring dengan meningkatnya belanja online, konsumen juga mengharapkan berbagai pilihan pembayaran dari E-Commerce, seperti menerima pembayaran dengan kartu kredit, debit, dan PayPal.
Bahkan sebagian konsumen mengharapkan E-Commerce juga memberikan pilihan untuk menunda pembayaran dalam jangka waktu tertentu.
Selain itu, penggunaa dompet digital masih diminati seperti Gojekpay, GrabPay, Jenius, Bukadompet (Bukalapak) dan OVO.
3. Jasa Pengiriman di Hari yang Sama
Belakangan ini E-Commerce di Indonesia sudah melengkapi layanannya dengan pilihan pengiriman barang di hari yang sama. Umumnya, situs E-Commerce akan bekerja sama dengan Go-Jek dalam hal ini.
Tak bisa dipungkiri, layanan pengiriman barang di hari yang sama akan menjadi tren dan pilihan utama bagi pelanggan di tahun ini. Pasalnya, dengan memilih metode ini konsumen dapat lebih cepat menerima produk tanpa perlu menunggu lama.
Selain itu, konsumen bisa langsung klaim bila terdapat kesalahan atau kerusakan pada produk yang diterima.
Untuk beberapa situs E-Commerce pun ada yang menyediakan jasa kurirnya sendiri hingga dapat menggratiskan ongkos kirim. Hal ini juga bisa menjadi tren yang lebih banyak dipilih.
Baca juga: Proyeksi Trends Marketing di Indonesia yang Wajib Bisnis Ketahui
4. Pengaruh Influencer Semakin Kuat
Konsumen milenial dan Gen Z terus mengandalkan influencer untuk menemukan produk. Menurut Influencer Marketing Hub, ruang pemasaran influencer akan tumbuh menjadi $24 miliar pada akhir 2024.
Hal tersebut mengapa pemasaran influencer masih menjadi saluran pemasaran yang berkembang. Namun, cara konsumen berinteraksi dengan dan membeli dari influencer sedang berubah.
Konsumen sekarang mencari rekomendasi dari influencer media sosial yang mungkin hanya memiliki audiens kecil dan khusus.
Studi industri oleh HypeAuditor menemukan bahwa akun media sosial dengan 1k-5k pengikut mendapatkan 2x lebih banyak keterlibatan relatif pada setiap posting dibandingkan dengan influencer yang memiliki pengikut lebih banyak.
Inilah sebabnya mengapa kita melihat semakin banyak merek mencari “micro influencer”.
Laporan terbaru menemukan bahwa 40% merek yang menggunakan pemasaran influencer memilih untuk bermitra dengan micro influencer daripada influencer tradisional.
Baca juga: Influencer Marketing: Definisi, Manfaat, Tips, dan Contohnya
5. Naiknya Permitaan Terhadap Produk Berkelanjutan
Minat konsumen terhadap belanja berkelanjutan semakin meningkat, dengan sebagian besar pembeli muda bahkan bersedia membayar lebih untuk barang ramah lingkungan, menurut survei Tata Consultancy Services.
Studi lainnya juga menemukan bahwa sebagian besar konsumen menganggap penting bahwa produk dibuat secara berkelanjutan atau diperoleh dengan bertanggung jawab, dan banyak yang sudah membayar lebih untuk produk berkelanjutan.
Konsumen muda, khususnya usia 18-34 tahun, cenderung memilih untuk membeli dari merek yang peduli pada keberlanjutan, sementara merek semakin dituntut untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga lingkungan.
Baca juga: Kaleidoskop Marketing: Trend E-Commerce, AI Tools hingga Dominasi Gen Z
Kesimpulan
Tren-tren perilaku konsumen E-Commerce di atas, menunjukkan bagaimana belanja online terus berkembang, meningkatkan pengalaman pelanggan.
Namun untuk mengelola E-Commerce tidaklah mudah karena melibatkan berbagai aspek kompleks yang memerlukan perencanaan matang, eksekusi strategis, dan adaptasi terhadap perubahan cepat.
Oleh sebab itu, sebagian bisnis memili menggunakan aplikasi omnichannel dari Mekari Qontak. Aplikasi Mekari Qontak dapat menghubungkan berbagai platform E-Commerce yang bisnis gunakan, sehingga mudah dalam mengelolanya.
Konsultasikan kebutuhan bisnis Anda dengan tim ahli Mekari Qontak melalui link berikut.
Referensi
- Chaffey, D., & Ellis-Chadwick, F. (2022). Digital Marketing: Strategy, Implementation, and Practice. Pearson Education.
- Kotler, P., Kartajaya, H., & Setiawan, I. (2021). Marketing 5.0: Technology for Humanity. Wiley
- Deloitte Insights. (2024). Global E-commerce Trends and Insight
- Kemenkominfo. (2023). Laporan Perkembangan Digital Indonesia