Sepanjang tahun 2023, terdapat berbagai tren yang mewarnai dunia marketing di Indonesia.
Pada awal tahun, banyak pihak yang memprediksi pertumbuhan e-commerce di Indonesia cukup pesat. Faktanya sejumlah e-commerce justru harus gulung tikar, sebut saja JD.ID yang resmi ditutup pada 31 Maret 2023.
Meski begitu, banyak juga bisnis dan UMKM yang sukses meraup keuntungan karena berhasil memanfaatkan social commerce dengan tepat.
Selain itu, munculnya teknologi kecerdasan buatan AI membantu bisnis menjadi lebih kreatif dalam menciptakan konten marketing yang dipersonalisasi. Konten tersebut mendapat atensi yang tinggi dari masyarakat.
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut kaleidoskop marketing 2023 yang berhasil Mekari Qontak rangkum. Diharapkan kaleidoskop ini bisa menjadi evaluasi dan proyeksi di tahun depan.
Pertumbuhan E-Commerce Melambat di 2023
Sebagai tumpuan ekonomi digital, e-commerce menyumbang pendapatan terbesar di Indonesia pada tahun 2023.
Berdasarkan laporan terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company bertajuk e-Conomy SEA 2023 tercatat nilai transaksi pada sektor e-commerce diprediksi mencapai US$62 miliar atau sekitar 75.6% dari seluruh gross merchandise value (GMV) ekonomi digital Indonesia sebesar US$82 miliar tahun.
Meski begitu, secara keseluruhan GMV e-commerce di Indonesia tumbuh melambat yaitu hanya 7% dari tahun sebelumnya (YoY) diibandingkan 2022 yang mencapai pertumbuhan 20% secara tahunan (YoY).
Melambatnya pertumbuhan e-commerce tahun 2023 kemungkinan disebabkan oleh banyak perusahaan yang mengubah strategi marketing mereka.
Mulai dari pelaku e-commerce layanan pesan antar makanan dan transportasi online yang mengurangi promosi dan insentif untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan profitabilitas mereka.
Disisi lain, konsumen juga menjadi lebih sensitif dalam mencari alternatif pilihan harga lebih murah.
Selain itu, Pemerintah juga turut andil dalam melambatnya pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Hal tersebut lantaran kebijakan baru terkait pelarangan penjualan e-commerce produk impor dengan harga di bawah US$100 untuk mendukung pedagang lokal.
Namun terlepas dari itu semua, situs e-commerce selalu ramai pengunjung. Mengutip databoks bahwa situs e-commerce kategori marketplace dengan pengunjung terbanyak di Indonesia hingga kuartal III 2023 adalah Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, dan Bukalapak.
Shopee menempati posisi pertama dengan jumlah pengunjung mencapai 216 juta di kuartal III atau meningkat sekitar 30% dari kuartal sebelumnya.
Dalam periode sama, rata-rata kunjungan ke situs Blibli naik 5% (qoq), sedangkan Tokopedia turun 9% (qoq), Lazada anjlok 30% (qoq), dan Bukalapak merosot 21% (qoq).
Perpaduan Omnichannel Mendorong Pertumbuhan Bisnis 2023
Seperti disebutkan sebelumnya, Blibli menjadi salah satu marketplace yang mengalami pertumbuhan pada kuartal III 2023.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kenaikan tersebut karena perusahaan tersebut karena memiliki roadmap yang solid dengan mengintegrasikan pengalaman online dan offline melalui layanan e-commerce dan toko fisik untuk beberapa mitra brand terkemuka.
Selain itu, Blibli juga memiliki unified omnichannel ecosystem yang disebut sebagai Blibli Tiket terdiri dari entitas Blibli, tiket.com, dan Ranch Market.
Perpaduan omnichannel seperti yang Blibli lakukan terbukti nyata berhasil mendorong pertumbuhan bisnis. Terlebih saat bisnis bisa mengkombinasikan antara pengalaman berbelanja online dan offline.
Menurut Katadata Insight Center (KIC) hanya sebagian konsumen yang aktif menggunakan e-commerce di dalam negeri atau setara dengan 33,4% dari total penduduk. Sementara sekitar 49,6% penduduk adalah non-pengguna e-commerce.
Jika melihat data tersebut menunjukkan bisnis yang hanya bertumpu pada saluran online sama saja dengan mengabaikan lebih dari separuh konsumen Indonesia. Sedangkan bisnis yang berhasil menjadi market leaders adalah mereka yang memiliki akar kuat di saluran offline.
Social Commerce Memainkan Peran Besar dalam Tren Marketing 2023
Di tahun 2023, semakin banyak bisnis yang memanfaatkan social commerce untuk media promosi dan berjualan. Masifnya penggunaan social commerce kemungkinan dipengaruhi oleh perubahan perilaku konsumen.
Konsumen saat ini cenderung mempertimbangkan pandangan sosial dari review brand atau produk sebelum memutuskan membeli.
Tingginya minat pada social commerce juga diimbangi juga inovasi yang dilakukan beberapa platform sosial media seperti berikut:
1. Instagram Mengenalkan Threads
Sebagai salah satu platform social commerce populer di Indonesia, Instagram melakukan terobosan dengan meluncurkan produk baru yaitu “Threads”. Produk Instagram ini resmi beroperasi pada 6 Juli 2023 dan bisa diunduh pada aplikasi App Store untuk iOS.
Pada peluncurannya, Threads digadang-gadang akan menjadi pesaing berat Twitter (X). Threads merupakan aplikasi percakapan berbasis teks Instagram yang didesain sebagai tempat komunitas untuk berdiskusi, berbagi ide, pendapat, dan kreativitas dengan dunia.
Meskipun hingga akhir tahun 2023, belum terlalu banyak bisnis yang memanfaatkan Threads untuk berinteraksi langsung dengan konsumen. Namun hadirnya Threads bisa menjadi pilihan untuk bisnis menjaga komunikasi dengan konsumen.
2. Transformasi Twitter ke X
Pada bulan sama dengan kemunculan Threads Instagram, Twitter secara resmi berganti nama menjadi X di tanggal 22 Juli 2023. Pemilik baru X, Elon Musk menuturkan perubahan nama tersebut dibarengi dengan rencana perubahan besar pada Twitter.
Menurut Elon Musk, nama Twitter hanya cocok untuk berbagi pesan terbatas hanya 140 karakter. Namun berbeda dengan X yang bisa mengirim video dengan durasi panjang hingga beberapa jam.
Perubahan nama X juga dibarengi dengan pergantian logo burung berwarna biru yang selama bertahun-tahun sudah menjadi ikon Twitter. Logo burung biru telah berganti ikon huruf “X”.
Selain itu, masih banyak perubahan-perubahan yang tengah dikembangkan oleh X sesuai janji Elon Musk saat rebranding.
Sementara itu, perubahan yang dilakukan X bisa bisnis manfaatkan untuk berbagi konten marketing lebih menarik.
Misalnya bisnis bisa lebih berekspresi menyampaikan pesan lebih dari 140 karakter. Bahkan bisnis juga bisa berbagi konten video berdurasi panjang seperti iklan, demo produk atau lainnya.
3. TikTok Shop Dilarang Beroperasi oleh Pemerintah
Setelah menuai pro-kontra akhirnya secara resmi TikTok Shop menghentikan operasionalnya pada tanggal 4 Oktober 2023. Keputusan ini diambil setelah ada larangan social commerce melakukan perdagangan atau transaksi langsung.
Padahal seperti yang diketahui bahwa TikTok Shop sempat menjadi social commerce paling laris di Indonesia. Banyak konsumen yang berbelanja langsung melalui TikTok shop.
Sayangnya hal tersebut dinilai melanggar Permendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE).
Salah satu poinnya adalah terkait larangan perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE), seperti social-commerce.
Selain itu, aturan tersebut juga menerapkan larangan impor dengan batas minimal US$100 per unit melalui marketplace.
4. Tiktok Shop Kembali dengan Bermitra Tokopedia
Setelah berhenti operasi, TikTok shop kembali hadir di pasar Indonesia pada akhir tahun 2023. Kali ini, TikTok Indonesia bekerjasama dengan marketplace Tokopedia.
Bentuk kerjasama keduanya membagi peran TikTok sebagai social commerce sedangkan Tokopedia berperan sebagai e-commerce.
Kembalinya TikTok ke pasar Indonesia membawa misi khusus untuk mendorong perkembangan UMKM Indonesia. Bahkan TikTok berencana menginvestasikan lebih dari US$ 1,5 miliar untuk mendukung kepentingan UMKM Indonesia.
Salah satu program unggulannya adalah “Beli Lokal”. Program ini mendorong pengguna TikTok Shop dan Tokopedia untuk membeli produk-produk asli buatan UMKM Indonesia.
Baca juga: Kembali Beroperasi, TikTok Shop Gandeng Tokopedia untuk Memajukan UMKM
Inflasi Mempengaruhi Perilaku Online Shopping 2023
Pada tahun 2023, ada perubahan perilaku konsumen terkait pengembalian yang fleksibel dan opsi pembayaran ramah dikantong.
Perubahan perilaku tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh naik turunnya inflasi di Indonesia. Di tengah kondisi ekonomi tidak menentu, sebagian konsumen memilih untuk berbelanja online dengan metode pembayaran paylater.
Mengutip dari Metrotvnews bahwa sekitar 25% konsumen memilih pembayaran paylater. Opsi paylater dipilih kemungkinan karena jumlah pemasukan atau gaji konsumen selama sebulan kalah dengan biaya hidup yang naik lebih cepat dan lebih tinggi.
Selain metode pembayaran, konsumen saat ini juga lebih memperhatikan perihal fleksibilitas pengembalian barang. Sebab, konsumen membutuhkan jaminan ekstra di tengah kondisi inflasi yang dinamis di tahun 2023.
Sebuah riset mengungkapkan sekitar 67% konsumen memeriksa kebijakan pengembalian sebelum berbelanja online. Salah satunya, proses pengembalian rumit dan mahal bisa membuat konsumen tidak membeli dari toko tersebut.
Hadirnya AI Membantu Personalisasi Konten Marketing 2023
Pada tahun 2023, sebagian perusahaan telah mengadopsi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Salah satu pemanfaatan teknologi AI yang banyak digunakan adalah chatbot untuk merespon pertanyaan konsumen secara otomatis. Hal ini membantu bisnis menyediakan layanan pelanggan yang efisien.
Di sisi lain, teknologi AI juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengalaman berbelanja yang dipersonalisasi. Misalnya penggunaan Augmented Reality (AR) oleh Lazada yang memungkinkan pengguna mencoba produk kecantikan secara real-time.
Mengutip dari dailySocial, bahwa sekitar 60% konsumen mengatakan bahwa mereka akan menjadi pelanggan tetap setelah pengalaman berbelanja yang dipersonalisasi.
Sementara itu, untuk bisa memberikan pengalaman yang dipersonalisasi bisnis harus lebih dahulu memahami karakter atau perspektif konsumen. Dalam hal ini, Anda bisa memanfaatkan teknologi AI berikut:
1. Chat GPT
Chat GPT merupakan kecerdasan buatan yang mampu mempelajari pola bahasa manusia dan menghasilkan teks yang sangat mirip dengan percakapan manusia. Kemampuan Chat GPT tersebut telah menjadi pembicaraan hangat sejak 2022.
Maka dari itu, saat ini banyak bisnis yang telah mengintegrasikan Chat GPT pada aplikasi yang mereka gunakan seperti seperti chatbot, alat penulis otomatis, dan mesin terjemahan.
Integrasi Chat GPT dengan chatbot membantu bisnis memahami kebutuhan konsumen lebih cepat, sehingga bisnis bisa menawarkan solusi yang tepat untuk mereka.
Baca juga: Mengenal Apa itu Chat GPT dan Cara Menggunakannya
2. Grox AI
Selain Chat GPT, perusahaan artificial intelligence milik Elon Musk lainnya xAI meluncurkan chatbot bernama “Grok AI”. Teknologi AI terbaru ini menyediakan layanan chatbot yang mampu menjawab pertanyaan penggunanya dengan sedikit humor.
Bahkan Grok AI digadang-gadang lebih cerdas dari pendahulunya yaitu Chat GPT karena menggunakan data terbaru dari Twitter (X). Maka dari itu, bisnis bisa memanfaatkannya untuk mengetahui trend pasar, konten marketing yang digemari dan lain sebagainya.
Baca juga: Grok AI: Chatbot Baru yang Lebih Cerdas dari Chat GPT
3. Google Bard
Mesin pencarian raksasa yakni Google juga tak mau kalah dengan menciptakan program AI bernama Google Bard pada bulan Mei lalu. Dari segi tampilan, Bard mirip dengan Chat GPT yang memiliki ruang obrolan atau chat room sendiri.
Namun dari segi kemampuan Google Bard diklaim lebih unggul dari Chat GPT karena mampu berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia.
Kemampuan tersebut memudahkan bisnis untuk mempelajari pasar dengan cepat. Termasuk membuat konten marketing seperti caption sosial media atau copy untuk iklan lainnya.
Baca juga: Semakin Pintar, Google Bard AI Jauh Meninggalkan Chat GPT
4. Google Gemini
Selain Bardd, Google DeepMind juga meluncurkan teknologi kecerdasan buatan lainnya yaitu “Gemini AI”.
Pada awal peluncurannya, Gemini AI sempat menuai banyak kontroversi. Hal ini lantaran Gemini AI didemokan sangat cerdas yang bisa mengenali gambar visual dan objek fisik, serta mendeteksi perbedaannya.
Sayangnya kemampuan Google Gemini tidak secanggih yang didemokan. Maka dari itu, teknologi AI ini banyak menuai protes dari sejumlah pihak.
Di sisi lain, penggunaan Google Gemini ini masih sangat minim karena baru diluncurkan beberapa waktu lalu.
Baca juga: Google Gemini: Program AI Canggih Generasi Baru
Gen Z Mulai Mendominasi Pasar Digital 2023
Tren marketing di tahun 2023 terakhir adalah konsumen yang berasal dari kalangan generasi Z (Gen Z) mulai mendominasi pasar Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 mencatat jumlah penduduk gen Z mencapai 60 juta orang atau setara dengan 22% dari total populasi Indonesia.
Angka tersebut menunjukkan Gen Z cukup mendominasi. Apalagi jika dilihat dari kebiasaan mereka yang lekat dengan dunia digital atau internet.
Kebiasaan tersebut mempengaruhi pola perilaku konsumen di tahun 2023 secara keseluruhan. Misalnya terkait penggunaan sosial media yang membuat beberapa produk menjadi viral diperjual belikan.
Mengutip dari DataIndonesia, sekitar 97% Gen Z menggunakan media sosial sebagai sumber utama inspirasi belanja mereka.
Tercatat social commerce seperti Instagram, TikTok, Snapchat, Spotify, dan Twitter menjadi inspirasi Gen Z dalam mencari saran serta opsi sebelum melakukan pembelian suatu produk.
Jadi tidak heran apabila Google bukanlah mesin pencarian pilihan Gen Z, melainkan TikTok yang memegang kehormatan itu sekarang.
Demikianlah trend marketing yang terjadi di Indonesia dalam setahun terakhir. Banyak perubahan-perubahan yang mungkin berbeda dengan di tahun-tahun sebelumnya.
Semoga hal tersebut bisa menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan Anda dalam menyusun strategi marketing di tahun 2024.
Konsultasikan kebutuhan bisnis Anda dengan tim Ahli dari Mekari Qontak secara Gratis