Mekari Qontak
Pemasaran

Pelajari 3 Praktek Influencer Marketing yang Tepat

Influencer Marketing

Siapa yang tidak mengenal kerajaan Kardashian yang berhasil dibangun dari reality show yang tayang setengah jam saja di televisi? Lima saudari yang semuanya cantik dengan kehidupan yang bikin heboh serta endorsement berharga jutaan dolar tentu jadi tontonan dan tak jarang panutan yang menarik. Banyak sekali orang yang bertanya-tanya mengenai apa bakat mereka dan mengapa mereka sangat menarik, dan dalam prosesnya, sudah “termakan” pesona Kardashian sisters; ikut membeli produk-produk yang mereka tampilkan dalam media sosial mereka. Alhasil, banyak pro dan kontra mengikuti Kardashian yang dianggap menipu para konsumen atas nama bayaran jutaan dolar saja.

Agar tidak terjebak dengan pola influencer marketing yang banyak disalahgunakan, berikut ini beberapa hal yang harus Anda hindari dalam melakukan praktek marketing ala Kardashian sisters berikut:

  1. Tidak menyatakan bahwa influencer marketing yang dilakukan adalah sebuah ads

Salah satu hal yang banyak tidak dilakukan oleh para pelaku influencer marketing adalah mencantumkan bahwa postingan yang mereka lakukan adalah untuk men-support iklan dari suatu brand. Padahal, hal ini adalah keharusan dalam hukum. Bisnis memang dibebaskan membayar untuk beriklan, namun tidak diizinkan membiarkan atau menuntun orang mengalami salah paham terhadap iklan tersebut dengan tidak memberitahukan bahwa hal tersebut adalah kerjasama antara bintang iklan serta produknya. Hal ini tercantum di dalam FTC’s Endorsement Guide, sebuah panduan yang saling menghubungkan endorser dan penjualnya dengan menyatakan adanya bayaran bagi endorser sehingga ada kredibilitas yang diakui.

  1. Bekerja sama dengan agensi dan influencers yang tidak memahami atau tidak mau mengikuti hukum yang berlaku

Sudah menjadi kewajiban dari brand dan agensi yang bertanggung jawab atas kerjasama yang tercipta antara brand dan influencer untuk mencantumkan setidaknya hashtag #ads #paidpromote atau #promosiberbayar sebagai bentuk kredibilitas. Jika influencer tidak mau melakukannya, terutama karena tidak memahami adanya hukum yang berlaku, maka masalah hukum dapat muncul. Jika influencer dan brand dengan sengaja menyembunyikan adanya kerjasama promosi ini, maka dampaknya dapat menjadi lebih negatif di kemudian hari.

  1. Tidak memiliki sistem untuk mengatur interaksi yang terjadi oleh karena postingan influencer

Karena ditemukannya pelanggaran oleh bintang sebesar keluarga Kardashian, kini sudah mulai diperhatikan praktek hukum dalam pelaksanaan influencer marketing. Transparansi dalam praktek influencer marketing kini makin diperhatikan dan investigasi terus berlangsung. Untuk memastikan tidak ada pelanggaran yang terjadi dalam praktek influencer marketing yang bisnis Anda lakukan, berikut ini hal-hal yang harus Anda sepakati dengan para influencer marketing.

  1. Mintalah agar para influencer yang Anda ajak bekerjasama menunjukkan afiliasi yang mereka miliki dengan brand Anda secara jelas dan transparan.
  2. Bekerjalah dengan agensi dan influencer yang memang sudah memahami tuntutan etis dan legal dari praktek influencer marketing.
  3. Atur kebijakan dengan jelas mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk memastikan para influencer dan agensi mengerti tanggung jawab mereka untuk memberikan transparansi.
  4. Ciptakan sistem monitoring yang memastikan influencer dan agensi tidak melanggar kesepakatan legal yang ada.

Berhati-hatilah dalam melakukan praktek influencer marketing agar tidak menyesal di kemudian hari.

Artikel terkait

WhatsApp WhatsApp Sales