Mekari Qontak
Pemasaran

4 Hal Penting tapi Sering Diabaikan Pada Media Sosial Marketing

The Important Parts of Social Media Marketing

Berbagai hal viral selalu berasal dari media sosial, entah Facebook, Twitter atau Instagram. Hal inilah yang menjadikan media sosial sebagai marketing tools yang memiliki kekuatan besar abad ini. Karena itu tak heran bila banyak merek besar yang memanfaatkan media sosial tak hanya sebagai wadah berkomunikasi, melainkan juga wadah baru untuk mengklarifikasi maupun mengumumkan sesuatu.

Namun sejatinya untuk dapat mengoptimalkan media sosial sebagai marketing tools bukanlah pekerjaan mudah. Pasalnya media sosial sangat rentan pada kesalahan. Sedikit saja Anda salah menggunakan media sosial, maka hilang sudah kesempatan Anda untuk dapat mengoptimalkannya sebagai marketing tools Anda.

Karena itu ada hal penting yang sebetulnya harus benar-benar diperhatikan dalam menggunakan media sosial sebagai marketing tools agar segala bentuk kampanye dan promosi sukses. Namun, sayangnya, 4 hal ini kerap dianggap sepele sehingga tak sedikit yang gagal mengoptimalkan kinerja media sosialnya. Untuk itu, Anda harus tahu apa saja 4 hal tersebut.

1. Jenis Konten

Setiap jenis media sosial memiliki salah satu jenis konten yang paling cocok digunakan. Sebab tak semua jenis konten pada salah satu media sosial akan mendapatkan perhatian yang sama. Misalnya saja Instagram. Konten yang mengedepankan gambar, info grafis, dan video akan lebih banyak mendapat perhatian dan tanggapan daripada yang mengedepankan konten artikel dibandingkan ketiga hal tadi.

Anda sendiri pun pasti merasakan hal tersebut ketika membuka Instagram. Konten yang tak mengedepankan kualitas gambar, info grafis atau video sudah pasti tak akan terlalu Anda hiraukan. Karena itu penting bagi Anda untuk mengetahui jenis konten apa yang cocok bagi setiap media sosial.

Menurut beberapa hasil analisa, untuk Twitter saja menyebutkan bahwa konten yang berisikan foto dan sedikit kalimat cenderung lebih banyak mendapat perhatian dan tanggapan. Persentasenya sekitar 35%. Sementara untuk konten video sekitar 28% dan setiap konten yang disertai hashtag (#) akan mendapatkan peningkatan tanggapan dan perhatian sebesar 16%.

Sementara untuk Facebook, tanggapan lebih besar akan didapatkan untuk konten yang menggunakan sedikit teks dan disambung dengan sebuah link website. Persentasenya sebesar 18%. Sementara untuk konten yang hanya berupa teks dan foto atau teks dan video akan mendapatkan perhatian dan tanggapan di bawah 18%.

Dengan begitu pastikan Anda sudah meramu konten yang sudah disesuaikan pada masing-masing media sosial agar mendapatkan hasil maksimal.

2. Konten Tematik

Update di media sosial untuk kepentingan marketing tak boleh asal dan sembarangan. Semua sudah harus diolah dan tematik. Inilah yang membedakan media sosial bagi sebuah perusahaan yang dikelola profesional dibandingkan akun gosip. Di setiap postingan harus ada esensi yang ditonjolkan, bukan sekedar keren, lucu atau hebat.

Tema konten dapat Anda tentukan di setiap bulannya. Misalkan untuk minggu pertama tema konten yang dipilih adalah hidup irit, kemudian minggu berikutnya tema konten yang dipilih adalah hidup sehat. Apa pun itu yang pasti tema tersebut dapat berhubungan dengan produk atau jasa yang Anda tawarkan.

Anda juga dapat menentukan apakah konten Anda berupa informasi yang sifatnya how-to, atau yang bersifat narasi deskripsi. Dan jangan lupakan sisi human interest. Saat ini tak sedikit yang memanfaatkan konten-konten yang dapat menyentuh hati hanya demi mendapatkan banyak like dan komentar.

3. Banyaknya Posting per Hari

Aktif di media sosial tak berarti membuat akun Anda harus benar-benar update setiap 5 menit sekali. Bila hal itu Anda lakukan justru Warganet cenderung menganggap akun Anda terlalu cerewet dan hanya membuat timeline penuh tanpa informasi berarti. Apalagi akun Anda sudah berlabel merek atau perusahaan, image-nya sudah jelas berbeda dengan akun pribadi.

Karena itu Anda perlu tahu berapa batas minimum dan maksimum untuk update di masing-masing media sosial.

  • Twitter: Anda dapat update sebanyak 5 kali atau lebih dalam sehari. Namun alangkah baiknya bila Anda pun membagi setiap sesi update-nya, seperti pagi-siang-sore dan malam.
  • Facebook: Tak seperti Twitter, di Facebook Anda cukup memposting sebanyak 3 kali dalam sehari. Itu pun dibagi dalam tiga sesi, seperti pagi-sore-malam atau pagi-siang-sore, dsb.
  • Instagram: Sedikit berbeda dari Facebook, selama Anda memiliki stok foto, info grafis atau video yang bagus maka posting saja lebih dari 2 kali dalam sehari.

4. Waktu Posting

Bila Anda berselancar di internet untuk mencari tahu kapan waktu posting yang tepat di beberapa media, maka akan banyak versi yang muncul. Ada baiknya bila Anda cukup menjadikan waktu-waktu tersebut sebagai referensi awal Anda untuk mencoba. Ya, cobalah dalam sebulan Anda mencoba memposting di masing-masing media sosial pada waktu-waktu yang dianggap ‘tepat’ tersebut. Kemudian Anda evaluasi dan lihat mana postingan yang mendapatkan banyak tanggapan.

Tapi jangan langsung menyimpulkan, Anda perlu mencobanya lagi di lain hari dengan konten berbeda. Bila hasilnya berbanding jauh, maka bisa jadi jenis dan tema konten saat itu yang memengaruhi tanggapan. Tapi bila tidak terlampau jauh, maka kemungkinan besar bahwa memang target market Anda aktif di waktu tersebut.

Kenapa harus seperti itu? Sebab tak semua target market dapat disamaratakan dari segi waktu keaktifan di media sosial. Misalnya saja target market Anda adalah pelajar, maka kemungkinan mereka baru akan aktif di media sosial pada pukul 9 atau 10 pagi (saat istirahat) dan di atas pukul 1 siang. Sementara bila target market Anda remaja aktif, maka kemungkinan baru benar-benar akan aktif di media sosial di atas pukul 1 siang dan di atas pukul 8 malam.

Artikel terkait

WhatsApp WhatsApp Sales