Mekari Qontak
Artikel Unggulan

Perhatikan Ini Agar Sukses Memasarkan Produk ke Lintas Generasi

Crossed Generation Marketing

Memiliki produk yang menargetkan berbagai kelompok umur dapat menjadi tantangan tersendiri dalam menyusun strategi marketing yang tepat. Dalam era digital, memang pasar terbesar yang menjadi rujukan hampir semua produk dan jasa jatuh ke dalam kategori golongan millenial, yaitu kategori usia 18 hingga 34 tahun. Melihat demografik yang didominasi oleh kaum millenials, diikuti dengan generasi X berusia 35 hingga 50 tahun dan Baby Boomers, yang berusia 51 tahun ke atas, tentunya strategi marketing Anda harus memperhitungkan hal ini sambil memberikan solusi bagi masing-masing kelompok usia.

Berikut ini hal-hal yang harus Anda pertimbangkan dalam marketing lintas generasi:

1. Setiap generasi sudah tentu mengonsumsi konten dengan cara yang berbeda

Kaum millenials akan menghabiskan hampir 30 jam per bulan aktif di media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Snapchat dan lain sebagainya. Pengetahuan millenials akan brand Anda akan dapat dicapai via media sosial secara lebih efektif dibandingkan dengan medium marketing tradisional seperti televisi atau advertising di radio. Cek kembali perencanaan marketing Anda lewat media sosial, apakah sudah saling bersinergi di setiap area media sosial yang paling relevan dengan apa yang perusahaan Anda tawarkan.

Bagi Generasi X, waktu yang dihabiskan online hanyalah sekitar 5 hingga 10 jam setiap minggunya, biasanya di waktu pagi atau akhir pekan saja. Konten yang mereka konsumsi biasanya diakses lewat laptop maupun desktop komputer, dan tidak selalu menggunakan tablet. Email marketing adalah cara paling tepat untuk menjangkau mereka.

Sementara itu, sebanyak 25% dari generasi Baby Boomers mengonsumsi konten online hanya 20 jam saja dalam seminggu. Konten yang menarik target usia ini adalah konten yang songkat dan padat, seperti blog pendek.

2. Setiap generasi memiliki cara berkirim pesan yang berbeda

Koneksi lewat pesan lebih mungkin dibangun via media sosial dengan kaum millenials, sehingga pesan yang mereka ingin lihat kebanyakan haruslah memiliki elemen otentik dan nyata. Mereka akan memperhatikan cara sebuah brand menangani atau meresponi isu-isu sosial dan dengan cepay akan memihak brand sesuai dengan respon dari sebuah brand terhadap isu-isu yang menurut mereka penting.

Sementara itu, generasi X biasanya sudah berkeluarga, sehingga pesan yang pasti mereka responi adalah pesan yang membuat mereka bisa memberikan kenyamanan untuk keluarga mereka, diri mereka pribadi serta jaminan masa depan. Buatlah pesan ringkas dan cepat mengingatkelompok usia ini merupakan kelompok tersibuk. Semakin panjang pesan, semakin kecil kesempatan brand Anda untuk diperhatikan.

Generasi Baby Boomers merupakan target market yang akan merespon pesan di mana mereka merasa dihargai. Marketers justru tidak sebaiknya menyebut kelompok usia ini sebagai pemilik usia lanjut karena mereka ingin merasa diikutsertakan.

3. Setiap generasi memiliki proses pembelian yang berbeda-beda

Bagi para millenials, keputusan untuk membeli atau tidak akan terjadi setelah melewati proses review dengan teman-teman sebayanya. Rasa percaya merupakan faktor penentu bagi generasi ini, dan bukan gimmick dalam marketing. Lakukan interaksi di media sosial dalam bentuk foto, video, tips dan respon yang baik. Berikan reward bagi mereka yang sudah melakukan interaksi dengan brand Anda dan pastikan dari sana Anda terus memberikan konten yang memposisikan brand Anda sebagai sahabat mereka.

Para generasi X juga termasuk generasi yang melakukan riset sebelum membeli, namun mereka cenderung akan membeli secara offline dan tidak online. Generasi X lebih berani membeli tanpa melihat harga dibandingkan millenials dan lebih bijaksana menentukan produk yang akan dibeli dengan pertimbangan kelangsungannya. Mereka rela menghabiskan uang lebih jika produk dan jasa dijamin yang terbaik.

Untuk generasi Baby Boomers, mereka pun melakukan riset pilihan apa saja yang tersedia lewat review produk meski cenderung loyal pada produk yang sudah pernah mereka coba.

4. Setiap generasi menilai uang secara berbeda-beda

Millenials memiliki kecenderungan menghabiskan lebih banyak daripada generasi lainnya, namun juga merupakan generasi yang paling banyak memiliki tanggungan keuangan. Millenials cenderung akan lebih mengutamakan pengalaman dibandingkan barang-barang karena kentalnya iklim sharing ekonomi. Dalam melakukan marketing, pengalaman positif merupakan pertimbangan utama kaum millenial, karenanya packaging pun jadi penting.

Sementara itu, bagi generasi X, strategi marketing hrus disesuaikan mengingat generasi ini merupakan generasi dengan daya beli terbesar. Cara mereka menilai dan menghargai uang pun cukup berbeda, terutsma dengan terbatasnya penargetan marketing bagi generasi ini, sehingga saat menangkap pesan marketing Anda, kemungkinan mereka untuk membeli otomatis akan lebih besar dari generasi lainnya.

Bagi Baby Noomers sendiri, uang merupakan entitas yang cenderung terbatas meski banyak marketer salah mengartikannya. Generasi ini akan lebih memikirkan dana kesehatan dan pensiun mereka, serta ingin menggunakan uang yang mereka punya untuk membantu anak dan cucu mereka.

Berdasarkan empat karakteristik di atas, sudah sewajarnya strategi marketing Anda menargetkan setiap generasi secara tepat demi membangun relasi yang bertahan lama.

Artikel terkait

WhatsApp WhatsApp Sales